I.
Landasan
Teori
1.1
Pengertian
IMA adalah nekrosis miokard akut akibat gangguan aliran darah ke otot
jantung (Syaifullah Noer, 1999)
1.2
Etiologi
1)
Coronary arteri dissease
2)
Coronary arteri emboli
3)
Kelainan kongenital
4)
Imbalance oksigen suplay dan demand miokardium
5)
Gangguan hematologi
1.3
Patofisiologi
Sekresi
Penurunan suplay O2 ke
miokard
Hipoksia pada selular miokard
Perubahan integritas membran sel Perubahan repolarisasi
Ischania, injuru miokard mekanis ST menurun
Penurunan kontraksi miokard
Penurunan cardiac output.
Penurunan peredaran darah ke
seluruh tubuh
Kelemahan fisik Peningkatan Penurunan
Intoleransi aktifitas/ asam lambung peristaltik usus
Cepat lelah
Mual
dan muntah Konstipasi
Irritabilitas milable
Nutrisi
kurang Metabolisme
Aritmia dari kebutuhan anaerob
Penurunan cardiac output Penumpukan asam
laktat
Nyeri
1.4
Gejala Klinis
1)
Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif
dan menetap (lebih dari 30 menit) tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat
ataupun pemberian nitrogliserin.
2)
Sering disertai nause, berkeringat.
3)
Muka pucat
4)
Tackikardi
5)
Adanya bunyi jantung III (bila disertai gagal jantung
kongestif).
6)
Distensi vena jugularis pada infark ventrikel kanan.
1.5
Pemeriksaan
1)
Pada EKC ditemukan devasi segmen ST, inversi gelombang
T, serta peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
2)
Peningkatan Enzim Kreatinin Fosfoskinase (CPK/CK),
SGOT, LOH. Alfa hidroksi butirat dehidrogenase (a HBDH, troponin T,
isoenzim CPKMP atau CKMB.
3)
Pemeriksaan radiologi ditemukan adanya bendungan paru
atau kardiomegali.
1.6
Komplikasi
Perluasan infark dan iskema pasca infark, aritmia, disfungsi otot
jantung, infark ventrikel kanan, defeck mekanik, surplus miocard pericarditis,
dan trombus mural.
1.7
Penatalaksanaan
1)
Istirahat total
2)
Diet makan lunak / saring serta rendah garam.
3)
Infus destroksa 5 % untuk pemberian obat intravena.
4)
Morfin dan petidin untuk atasi nyeri.
5)
Oksigen 2 – 4 l/mat
6)
Sedatif sedang seperti diazepam atau flurazepan.
7)
Antikoagulan dan streptokenase / trombolisis.
II. LANDASAN
ASKEP
2.1
Pengkajian
1)
Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, suku bangsa, alamat, no. register, Dx medix.
2)
Keluhan utama
Nyeri
3)
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30
menit), tidak menghilang dengan istirahat sering disertai nau sea, berkeringat.
4)
Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit jantung
5)
Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung.
6)
Riwayat psiko sosio spiritual
-
Riwayat psikologis
Kekhawatiran akibat penyakit yang diderita.
-
Riwayat sosial
Keinginan untuk lebih diperhatikan.
-
Riwayat spiritual
Mendekatkan diri pada Tuhan, keyakinan akan kesembuhan penyakitnya.
7)
ADL (Activity Daile Life)
-
Nutrisi
Anoreksia, BB menurun, mual, muntah kadang-kadang terjadi
-
Aktivitas
Mengalami pola BAK karena pengobatan di uretik dan perubahan aliran darah
ke ginjal.
-
Eliminasi
Perubahan pola BAK karena pengobatan di uretik dan perubahan aliran darah
ke ginjal.
-
Personal Hiegiene
Memerlukan bantuan
8)
Pemeriksaan
(1)
Pemeriksaan Fisik
Muka pucat, takikardi, bunyi jantung III (bila disertai gagal jantung
kongestif) distensia vena jugularis (terdapat pada infark ventrikel kanan)
sesak nafas, nyeri dada, mual, penurunan urine, mur-mur.
(2)
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
-
Serum elektrolit
-
GDA
-
LDH
-
CPK / CK
-
CKMB
-
PMN
b.
Pembesaran foto thorak
Pembesaran jantung
c.
ECG
Hipertrofi atrium dan ventrikel
d.
EKG
Elevensi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai intervensi gelombang
T, muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
(3)
Diagnosa Keperawatan
3.1
Nyeri data berhubungan dengan iscemiocard
3.2
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.3
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan ventilasi (nyeri/kelemahan otot)
3.4
Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi
kesalahan interprestasi.
(4)
Intervensi
4.1
Diagnosa I
Tujuan : Nyeri dada
berkurang, wajah rileks respirasi 12 – 24 x/menit, nadi 80 – 100 x/menit.
Kriteria hasil : - Klien menyatakan nyeri hilang atau tidak
ada.
- Menunjukkan
ekspresi wajah rileks, kemampuan istirahat tidur cukup.
Interervensi :
1.
Anjurkan klien untuk memberitahu perawat jika terjadi
nyeri dada.
R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang syaraf simpatik
untuk mengeluarkan norep rinoprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.
2.
Kaji dan catat respon pasien
R/ Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan nekrosis.
3.
Anjurkan pasien untuk bedrest total selama periode
nyeri.
R/ Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
4.
Tinggikan kepala tempat tidur klien bila sesak.
R/ Memudahkan pertukaran gas
5.
Ajarkan tehnik relaksasi distraksi.
R/ Mengurangi
ketegangan otot sehingga nyeri berkurang.
6.
Pantau tanda-tanda vital tiap 5 menit.
R/ Kecepatan jantung bisa meningkat karena nyeri. TD meningkat karena
ketidaknyamanan insisi tetapi dapat menurun / tidak stabil karena nyeri dada
berat.
7.
Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang
R/ Stress mental atau emosi dapat meningkatkan kerja miokard.
8.
Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker
R/ Nitrat mempunyai efek cepat vosodilatasi, Beta Bloker menurunkan
kerja miokard.
4.2
Diagnosa II
Tujuan : Klien
berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan dan dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri.
Kriteria hasil : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan selama aktivitas.
Intervensi :
1.
Pantau tanda-tanda vital selama, sebelum dan setelah
aktivitas.
R/ Deteksi
dini terjadinya komplikasi.
2.
Kaji penyebab kelemahan
R/ Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (B. Bloker) nyeri dan
program penus stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
3.
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai
indikasi.
R/ Pemenuhan
kebutuhan perawatan diri klien tanpa mempengaruhi stress miokard / kebutuhan O2
berlebih.
4.
Ajarkan untuk meningkatkan mobilitas secara bertahap
R/ Peningkatan terhadap aktivitas menghindari kerja jantung / konsumsi
O2 berlebih.
4.3
Diagnosa III
Tujuan : Respirasi
12 – 24 x/menit
TD
80 – 120 mmHg
Tidak
ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Kriteria hasil : - Klien mempertahankan pola nafas normal /
efektif bebas sianosis dan tanda / gejala lain dengan hipoksia dengan bunyi
nafas sama secara bilateral, area baru bersih.
- Menunjukkan
reksponsi lengkap dengan tak ada pneumothorak hemothorak
Intervensi :
1.
Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/ Pengenalan
dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi
2.
Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun / tak
ada bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan. Contoh : krekels / ronchi
R/ Krekels / ronchi dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi
jalan nafas parsial
3.
Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis
R/ Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal
jantung komplikasi paru
4.
Tinggikan kepala tempat tidur (semi fowler)
R/ Merangsang
fungsi pernafasan
5.
Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernafasan
sesuai indikasi.
R/ Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan insisi.
6.
Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
R/ Meningkatkan
pengiriman O2 ke paru.
4.4
Diagnosa IV
Tujuan : Klien
dapat memahami tentang kondisi penyakitnya serta kebutuhan terapeutiknya..
Kriteria hasil : - Klien
berpartisipasi dalam proses belajar.
- Melakukan
tanggung jawab untuk pembelajaran sendiri.
- Mencari
informasi / mengajukan pertanyaan
- Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi / pronosis dan kebutuhan terapeutik
Intervensi :
1.
Tinjau program latihan yang ditentukan dan tingkatkan
bertahap. Bantu pasien / orang terdekat untuk menyusun tujuan realistis
R/ Kemampuan individu dan harapannya tergantung pada fungsi jantung
dasar dan kondisi fisik.
2.
Dorong periode istirahat bergantian dengan aktivitas
dan tugas
R/ Mencegah
keletihan dan kelelahan berlebih.
3.
Observasi TTV tiap 6 jam
R/ Mendeteksi
perkembangan klien
4.
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai
kondisi penyakit dan kebutuhan terapeutik klien.
R/ Klien
dan keluarga lebih kooperatif dengan perawat.
5.
Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ Menimbulkan keakraban dan rasa saling percaya antara perawat,
klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Manjoer, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Media Acsculapius, Jakarta.
Dongoes, (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta.
Lynda Juall
Carpenito, (2000), Diagnosa Keperawatan,
Edisi 8, EGC : Jakarta.
Purnawan Junaedi, (1982), Kapita Selekta, Edisi 2, Media Acsculapius, Jakarta.
Syaifullah Noer, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar