Powered By Blogger

Jumat, 04 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN IMA ( INFARK MIOKARD AKUT)




I.         Landasan Teori
1.1     Pengertian
IMA adalah nekrosis miokard akut akibat gangguan aliran darah ke otot jantung (Syaifullah Noer, 1999)
1.2     Etiologi
1)       Coronary arteri dissease
2)       Coronary arteri emboli
3)       Kelainan kongenital
4)       Imbalance oksigen suplay dan demand miokardium
5)       Gangguan hematologi
1.3     Patofisiologi
Sekresi

Penurunan suplay O2 ke miokard

Hipoksia pada selular miokard

Perubahan integritas membran sel                            Perubahan repolarisasi

Ischania, injuru miokard mekanis                                      ST menurun
Penurunan kontraksi miokard

Penurunan cardiac output.


Penurunan peredaran darah ke seluruh tubuh


 

Kelemahan fisik                Peningkatan                   Penurunan
Intoleransi aktifitas/        asam lambung              peristaltik usus
Cepat lelah
                                     Mual dan muntah              Konstipasi
Irritabilitas milable                    
                                        Nutrisi kurang               Metabolisme
Aritmia                           dari kebutuhan                   anaerob

Penurunan cardiac output                            Penumpukan asam laktat

                                                                                    Nyeri
1.4     Gejala Klinis
1)       Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30 menit) tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin.
2)       Sering disertai nause, berkeringat.
3)       Muka pucat
4)       Tackikardi
5)       Adanya bunyi jantung III (bila disertai gagal jantung kongestif).
6)       Distensi vena jugularis pada infark ventrikel kanan.
1.5     Pemeriksaan
1)       Pada EKC ditemukan devasi segmen ST, inversi gelombang T, serta peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
2)       Peningkatan Enzim Kreatinin Fosfoskinase (CPK/CK), SGOT, LOH. Alfa hidroksi butirat dehidrogenase (a HBDH, troponin T, isoenzim CPKMP atau CKMB.
3)       Pemeriksaan radiologi ditemukan adanya bendungan paru atau kardiomegali.
1.6     Komplikasi
Perluasan infark dan iskema pasca infark, aritmia, disfungsi otot jantung, infark ventrikel kanan, defeck mekanik, surplus miocard pericarditis, dan trombus mural.
1.7     Penatalaksanaan
1)       Istirahat total
2)       Diet makan lunak / saring serta rendah garam.
3)       Infus destroksa 5 % untuk pemberian obat intravena.
4)       Morfin dan petidin untuk atasi nyeri.
5)       Oksigen 2 – 4 l/mat
6)       Sedatif sedang seperti diazepam atau flurazepan.
7)       Antikoagulan dan streptokenase / trombolisis.

II.   LANDASAN ASKEP
2.1     Pengkajian
1)       Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa, alamat, no. register, Dx medix.
2)       Keluhan utama
Nyeri
3)       Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30 menit), tidak menghilang dengan istirahat sering disertai nau sea, berkeringat.
4)       Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit jantung

5)       Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung.
6)       Riwayat psiko sosio spiritual
-           Riwayat psikologis
Kekhawatiran akibat penyakit yang diderita.
-           Riwayat sosial
Keinginan untuk lebih diperhatikan.
-           Riwayat spiritual
Mendekatkan diri pada Tuhan, keyakinan akan kesembuhan penyakitnya.
7)       ADL (Activity Daile Life)
-           Nutrisi
Anoreksia, BB menurun, mual, muntah kadang-kadang terjadi
-           Aktivitas
Mengalami pola BAK karena pengobatan di uretik dan perubahan aliran darah ke ginjal.
-           Eliminasi
Perubahan pola BAK karena pengobatan di uretik dan perubahan aliran darah ke ginjal.
-           Personal Hiegiene
Memerlukan bantuan
8)       Pemeriksaan
(1)      Pemeriksaan Fisik
Muka pucat, takikardi, bunyi jantung III (bila disertai gagal jantung kongestif) distensia vena jugularis (terdapat pada infark ventrikel kanan) sesak nafas, nyeri dada, mual, penurunan urine, mur-mur.


(2)      Pemeriksaan Penunjang
a.        Pemeriksaan laboratorium
-           Serum elektrolit
-           GDA
-           LDH
-           CPK / CK
-           CKMB
-           PMN
b.        Pembesaran foto thorak
Pembesaran jantung
c.        ECG
Hipertrofi atrium dan ventrikel
d.       EKG
Elevensi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai intervensi gelombang T, muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
(3)      Diagnosa Keperawatan
3.1    Nyeri data berhubungan dengan iscemiocard
3.2    Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.3    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi (nyeri/kelemahan otot)
3.4    Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi kesalahan interprestasi.
(4)      Intervensi
4.1    Diagnosa I
Tujuan           :    Nyeri dada berkurang, wajah rileks respirasi 12 – 24 x/menit, nadi 80 – 100 x/menit.
Kriteria hasil :    -      Klien menyatakan nyeri hilang atau tidak ada.
                           -      Menunjukkan ekspresi wajah rileks, kemampuan istirahat tidur cukup.
Interervensi   :
1.       Anjurkan klien untuk memberitahu perawat jika terjadi nyeri dada.
R/  Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang syaraf simpatik untuk mengeluarkan norep rinoprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.
2.       Kaji dan catat respon pasien
R/  Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan nekrosis.
3.       Anjurkan pasien untuk bedrest total selama periode nyeri.
R/  Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
4.       Tinggikan kepala tempat tidur klien bila sesak.
R/  Memudahkan pertukaran gas
5.       Ajarkan tehnik relaksasi distraksi.
R/  Mengurangi ketegangan otot sehingga nyeri berkurang.
6.       Pantau tanda-tanda vital tiap 5 menit.
R/  Kecepatan jantung bisa meningkat karena nyeri. TD meningkat karena ketidaknyamanan insisi tetapi dapat menurun / tidak stabil karena nyeri dada berat.
7.       Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang
R/  Stress mental atau emosi dapat meningkatkan kerja miokard.
8.       Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker
R/  Nitrat mempunyai efek cepat vosodilatasi, Beta Bloker menurunkan kerja miokard.
4.2    Diagnosa II
Tujuan          :     Klien berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kriteria hasil :    Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan selama aktivitas.
Intervensi     :
1.       Pantau tanda-tanda vital selama, sebelum dan setelah aktivitas.
R/  Deteksi dini terjadinya komplikasi.
2.       Kaji penyebab kelemahan
R/  Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (B. Bloker) nyeri dan program penus stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
3.       Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
R/  Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien tanpa mempengaruhi stress miokard / kebutuhan O2 berlebih.
4.       Ajarkan untuk meningkatkan mobilitas secara bertahap
R/  Peningkatan terhadap aktivitas menghindari kerja jantung / konsumsi O2 berlebih.
4.3    Diagnosa III
Tujuan                :    Respirasi 12 – 24 x/menit
                               TD 80 – 120 mmHg
                               Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Kriteria hasil      :    -    Klien mempertahankan pola nafas normal / efektif bebas sianosis dan tanda / gejala lain dengan hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area baru bersih.
                               -    Menunjukkan reksponsi lengkap dengan tak ada pneumothorak hemothorak
Intervensi :
1.         Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
R/   Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi
2.         Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun / tak ada bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan. Contoh : krekels / ronchi
R/   Krekels / ronchi dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi jalan nafas parsial
3.         Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis
R/   Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung komplikasi paru
4.         Tinggikan kepala tempat tidur (semi fowler)
R/   Merangsang fungsi pernafasan
5.         Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernafasan sesuai indikasi.
R/   Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan insisi.
6.         Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
R/   Meningkatkan pengiriman O2 ke paru.
4.4    Diagnosa IV
Tujuan          :     Klien dapat memahami tentang kondisi penyakitnya serta kebutuhan terapeutiknya..
Kriteria hasil :    -    Klien berpartisipasi dalam proses belajar.
                           -    Melakukan tanggung jawab untuk pembelajaran sendiri.
                           -    Mencari informasi / mengajukan pertanyaan
                           -    Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / pronosis dan kebutuhan terapeutik
Intervensi     :
1.         Tinjau program latihan yang ditentukan dan tingkatkan bertahap. Bantu pasien / orang terdekat untuk menyusun tujuan realistis
R/   Kemampuan individu dan harapannya tergantung pada fungsi jantung dasar dan kondisi fisik.
2.         Dorong periode istirahat bergantian dengan aktivitas dan tugas
R/   Mencegah keletihan dan kelelahan berlebih.
3.         Observasi TTV tiap 6 jam
R/   Mendeteksi perkembangan klien
4.         Beri penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai kondisi penyakit dan kebutuhan terapeutik klien.
R/   Klien dan keluarga lebih kooperatif dengan perawat.
5.         Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/   Menimbulkan keakraban dan rasa saling percaya antara perawat, klien dan keluarga.




DAFTAR PUSTAKA

Arief, Manjoer, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Media Acsculapius, Jakarta.
Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta.
Lynda Juall Carpenito, (2000), Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC : Jakarta.
Purnawan Junaedi, (1982), Kapita Selekta, Edisi 2, Media Acsculapius, Jakarta.
Syaifullah Noer, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar