Powered By Blogger

Minggu, 22 Januari 2012

seksio sesarea dan kuretase


Saat ini seksio sesarea menjadi tren karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun terakhir, angkanya meningkat pesat. Operasi ini terlalu sering dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai obat mujarab praktek kebidanan.
Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Terminologi asli seksio sesarea sudah diperdebatkan sejak 200 tahun lalu.
Seksio sesarea berkembang sejak akhir abad 19 sampai 3 dekade terakhir abad 20. Selama periode itu sudah terjadi penurunan angka kematian ibu dari 100% menjadi 2%. Selain itu, ada 3 perkembangan penting dari teknik operasi. Pertama, perkembangan metode penjahitan rahim dengan benang untuk menghentikan perdarahan. Kedua, perkembangan dari cara tindakan yang aseptik dan ketiga perubahan dari insisi/sayatan pada rahim dari cara klasik menjadi sayatan melintang pada segmen bawah rahim (uterus).
Menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada seksio sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan per vaginam. Tetapi untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu. Pada seksio sesarea yang direncanakan, angka komplikasinya kurang lebih 4,2%. Seksio sesarea darurat berangka kurang lebih 19%. Harus diakui bahwa seksio sesarea merupakan operasi besar dengan berbagai risikonya.
Sama halnya dengan kuret. Kuretase adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu bisa berupa tumor, selaput rahim atau janin yang dinyatakan tidak berkembang. Tindakan yang umumnya berlangsung selama 15-30 menit ini tergolong tindakan berisiko tinggi.
Tindakan kuretase paling sering dijumpai untuk terapi pada kasus abortus. Angka ini turut meningkat seiring bertambahnya jumlah kejadian aborsi di Indonesia, diperkirakan 2 juta kasus/tahun.
Kuret ditempuh untuk membersihkan rahim dan untuk penegakan suatu diagnosis. Meskipun tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama.
2.1 Seksio Sesarea
2.1.1 Definisi
Seksio sesarea adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding uterus
2.1.2 Insidensi
Insidennya di Amerika Serikat turun menjadi 21%. Di Indonesia angka ini justru meningkat. Data di RS dr. Soetomo Surabaya 32%, RS dr Cipto Mangunkusumo (1999) 22 %.
2.1.3 Indikasi
1. Indikasi ibu:
a. Disproporsi fetopelvik
b. Malposisi dan malpresentasi
c. Disfungsi uterus
d. Distosia jaringan lunak
e. Neoplasma
f. Persalinan yang tidak dapat maju
g. Pembedahan sebelumnya pada uterus
· Seksio sesarea
· Histerotomi
· Miomektomi ekspansif
· Jahitan luka
h.Perdarahan
· Plasenta previa
· Abruptio plasenta
i. Toxemia gravidarum
· Preeklampsia dan eklampsia
· Hipertensi essensial
· Nefritis kronis
2. Indikasi fetal:
a. Gawat janin
b. Cacat atau kematian janin sebelumnya
c. Prolapsus funiculus umbilicalis
d. Insufisiensi plasenta
e. Diabetes maternal
f. Inkompatibilitas rhesus
g. Postmortem sesarea
h. Infeksi virus herpes pada traktus genitalis
3. Lain-lain
a. Primigravida usia lanjut
b. Bekas jahitan pada vagina
c. Anomali uteri kongenital
d. Riwayat obsterik yang jelek
e. Forceps yang gagal
2.1.4 Kontraindikasi
1. Janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil.
2. Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas
3. Dokter kurang berpengalaman, keadaan tidak menguntungkan bagi pembedahan dan bila tidak tersedia tenaga asisten yang memadai
2.1.5 Jenis seksio sesarea berdasarkan insisi
1. Seksio sesaria klasik
2. Seksio sesarea transperitonealis profunda
3. Seksio sesarea yang dilanjutkan dengan histerektomi (cesarean hysterectomy)
4. Seksio sesarea transvaginal
clip_image002
clip_image004clip_image006
clip_image008clip_image010
clip_image012
clip_image014
2.1.6 Keuntungan
1.Aman
2.Intelektual bayi yang dilahirkan lebih terjamin
3.Hasilnya baik jika dikerjakan sesuai waktu dan indikasinya
2.1.7 Kerugian
1. Seksio sesarea adalah prosedur operasi besar dan menyebabkan morbiditas yang lebih tinggi
2. Kehamilan berikutnya sebagian besar ditangani dengan seksio sesarea ulangan. Secara tidak langsung ini akan membatasi jumlah anak
2.1.8 Komplikasi
1. Komplikasi ibu
· Perdarahan
· Infeksi
· Trombophlebitis
· Cedera, dengan atau tanpa fistula pada traktus urinarius dan usus
· Obstruksi usus
· Perlekatan organ-organ pelvis pascaoperasi
· Emboli air ketuban
2. Komplikasi janin: depresi susunan saraf pusat janin (fetal narcosis)
2.2 Kuretase
2.2.1 Definisi
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim
2.2.2 Faktor risiko
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
5. Berbagai macam infeksi
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
7. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
8. Kelainan kromosom
clip_image016clip_image018
2.2.3 Teknik pengeluaran jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90˚ untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
clip_image020
2.2.4 Risiko yang mungkin terjadi
1.Pendarahan
2. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di dinding rahim
3. Gangguan haid
4. Infeksi
2.3 Persiapan Sebelum Operasi
1. Informed consent
2. Puasa
3. Cek darah. Darah harus tersedia dan sudah dilakukan cross-matching

pemeriksaan fisik


       I.            TAHAP PRE INTERAKSI
Persiapan alat:
·         Sarung tangan
·         Jelly
·         Penlight
·         Kertas tissue dalam tempatnya
·         Bak instrumen yang berisi speculum hidung, speculum telinga, dan speculum vagina
·         Reflek hammer
·         Garpu tala
·         Stetoskop
·         Penggaris
·         Botol berisi air panas dan dingin
·         Jarum
·         Koin/klip
·         Bengkok berisi larutan klorin
·         Alat dokumentasi
    II.            TAHAP ORIENTASI
·         Berikan salam dengan menyebut nama
·         Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
·         Menjaga privacy pasien
 III.            TAHAP KERJA
·         Dekatkan alat
·         Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan
·         Menyelimuti pasien, berdiri dibagian kepala pasien (atas) untuk memeriksa:
·         Rambut: warna, jenis, rontok, distribusi
·         Kulit kepala, berdiri disamping pasien untuk memeriksa:
Kepala:
·         Muka: simetris, kelainan kulit, finger print
·         Mata: ptosis, lagoptalamus, strabismus, TIO luas lapang pandang, odema, brill hematoma, palpebrae, sklera, konjungtiva, reflek cahaya.
·         Hidung: cyanosis, cuping hidung, cairan tumor, warna mukosa, rongga.
·         Mulut: warna, kelembapan, lidah palatum, gigi, bercak koplik, ovula dan tonsil.
·         Telinga: cairan, tumor, membran timpani, warna mukosa, benda asing. Pemeriksaan pendengaran: bisika, alroji, rinne dan weber.
·         Leher: kaku kuduk, tekanan vena jugularis, kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar getah bening.
Dada
1.      Inspeksi
ü  Bentuk thorax
ü  Pernafasan: tipe, irama, frekwensi
ü  Retraksi otot bantu pernafasan
ü  Ictus cordis
ü  Payudara: ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, lesi, edema, massa, pendataran, lesung, retraksi,
Puting dan areola: ukuran, warna, bentuk, arah titik puting, keluaran
2.      Palpasi
ü  Focal fremitus
ü  Ictus cordis
ü  Payudara: adanya keluaran massa
3.      Perkusi
ü  Paru
ü  Jantung
4.      Auskultasi
ü  Paru: suara nafas, suara nafas tambahan
ü  Jantung: BJ 1 M, BJ 1 T, BJ II A, BJ II P, BJ III ( mur-mur)
Abdomen
5.      Inspeksi
ü  Bentuk, warna kulit, posisi, inflamasi, pengeluaran umbilikus
ü  Kontur permukaan abdomen
ü  Gambaran pembuluh darah
ü  Gerakan/retraksi
ü  Penonjolan
ü  Ketidaksimetrisan
ü  Jaringan perut
ü  Striae/linea
6.      Auskultasi
ü  Bising/ peristaltik usus
7.      Perkusi
ü  Hepar, lambung, limpa ( suara, ukuran)
8.      Palpasi
ü  Hepar, lien, apendik, (mc. Bourney), skibala, tonus/turgor kulit, ginjal, peritoneum
ü  Asites, ballotemen, shiffing dulness
Punggung
9.      Bentuk, focal fremitus, percusi ginjal
Genetalia
10.  Wanita
ü  Inspeksi: bentuk anatomi, warna, bau, sekret, lesi, nodule, varises, edema, eritema, fisura, leukoplakia, eksorasi.
ü  Palpasi: labia, perineum, vagina, kelenjar skene ( rabas/kekakuan ), kelenjar bartholini.
11.  Laki-laki
Inspeksi/palpasi
ü  Penis: cairan, lesi, edema, dan inflamasi, area pengerasa/nyeri,\.
ü  Scrotum: bentuk anatomi, warna, lesi, edema.
ü  Testis: ukuran, konsistensi, bentuk, licin
ü  Epididimis
ü  Saluran vas deferens
Anus
12.  warna, cairan, tumor, varises, odema, hemoroid, nyeri tekan
ekstrimitas
13.  pergerakan, kekuatan otot, ROM, odema, varises, perkusi, clubbing finger (inspeksi kuku: warna, ketebalan, bentuk, tekstur, kondisi jaringan sekitar kuku), CRT, kelembapan kulit, turgor kulit, tekstur, flaping tremor, muarche
saraf sensorik
14.  nyeri superfisial, suhu, vibrasi, posisi, sterognosis
reflek
15.  reflek biseps, reflek triseps, reflek patela, reflek brachioradialis, reflek achiles, reflek plantar (babinski)
 IV.            TAHAP TERMINASI
1.      Akhiri dan simpulkan kegiatan
2.      Evaluasi perasaan klien
3.      Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4.      Bereskan alat dan cuci tangan
    V.            DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon klien.